- diterjemahkan dari REIGI di Honbu Dojo Tokyo Jepang.
- Karateka harus berusaha seoptimal mungkin untuk tidak terlambat menghadiri latihan sesuai jadwal latihan yang telah ditentukan.
- Jangan makan satu jam sebelum latihan.
- Hadir di dojo ketika kondisi Anda sedang fit, karena begitu Anda memasuki dojo, Anda harus bersiap untuk melakukan latihan seoptimal mungkin sesuai jadwal latihan. Jangan mengikuti latihan di dojo, jika Anda sementara terluka, atau terkilir atau belum sembuh dari suatu penyakit.
- Memasuki dojo harus menanggalkan alas kaki dan topi, tidak membawa botol minuman ke dalam dojo. Di tempat penyimpanan alas kaki ditaruh secara tertib dan teratur.
- Selama berada di dalam dojo dilarang merokok.
- Jika ada seorang karateka yang lebih senior yang berdiri di belakang Anda, maka Anda harus mempersilakan karateka yang lebih senior untuk lebih dahulu memasuki dojo.
- Memasuki dojo melakukan penghormatan tradisi Karate sambil mengucapkan “ONENGAISHIMASU” yang berarti “Please Help Me”, dengan jelas dan tegas.
- Setelah berada dalam dojo, pertama-tama harus melakukan penghormatan kepada karateka yang lebih senior, dan secara spesifik kepada para instruktur dan master (Shihan), dengan ucapan “ONENGAISHIMASU” dan dibalas dengan penghormatan yang sama.
- Selama di dalam dojo, harus menjaga agar “DOGI” yang dikenakan senantiasa rapid an tidak berantakan.
- Selama mengikuti latihan, dilarang memelihara kuku panjang, dilarang mengenakan benda-benda yang dapat membahayakan diri sendiri maupun pasangan latihan, seperti arloji tangan, cincin, gelang, kalung, dan sejenisnya.
- Ketika Anda dengan sangat terpaksa datang terlambat, Anda harus melapor alasan keterlambatan Anda pada pimpinan latihan, dan melakukan “JUNBI UNDO” sendiri jika session Junbi Undo sudah lewat.
- Selama Anda di dojo, jika Anda duduk harus dalam posisi “SEIZA” (duduk berlutut) atau “ANZA” (duduk bersila).
- Selama latihan berlangsung di dojo, instruktur tidak diperkenankan duduk hingga latihan berakhir.
- Latihan dimulai dan diakhiri dengan melaksanakan “GISHIKI” (upacara tradisi), dengan tata cara upacara sebagai berikut:
- Murid yang tersenior di ujung barisan memimpin upacara dengan meneriakkan aba-aba “KIOTSUKE” (siap).
- Murid tersenior mengaba-aba “SEIZA” untuk duduk berlutut.
- Pimpinan latihan (Shihan atau Sensei) mengaba-aba “MOKUSO” (mengosongkan pikiran), dan mengakhirinya dengan aba-aba “MOKUSO YAME”. Pada saat “MOKUSO”, tutup kedua mata, bernafas dalam-dalam dari perut bawah, konsentrasikan pada TANDEN (5 cm dibawah pusar) dan berusaha mengosongkan pikiran.
- Murid yang pimpinan upacara mengaba-aba:
- “SHOMEN NI REI” (artinya hormat ke altar Goju)
- “SHINZEN NI REI” (artinya hormat ke panji-panji kenegaraan maupun panji-panji kekaratean dan perguruan).
- Murid yang pimpinan upacara memimpin “DOJO-KUN”:
Yang bunyinya sebagai berikut:
Kami karateka Gojukai, senantiasa akan berlatih keras sebagai wujud terima kasih kepada:
- Soke Chojun Miyagi, Pencipta Goju-Ryu Karate-Do.
- Hanshi Gogen Yamaghuci, Pendiri Gojukai Karate-Do.
- Saiko Shihan Goshi Yamaghuci, Guru Tertinggi Kami.
- Shihan Setyo Haryono, Pendiri Gojukai Indonesia.
Janji Karate-Do Goju:
Kami merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat mempelajari Karate-Do Goju, dan berjanji:
- Mempelajari Karate-Do hanya untuk tujuan-tujuan mulia.
- Mempelajari Karate-Do dengan semangat dan jiwa ksatria.
- Menjunjung tinggi nama baik perguruan, dalam ucapan dan tindakan.
f. Usai pembacaan “DOJO-KUN”, pimpinan upacara mengaba-aba: “IJO NI REI” (artinya; hormat kepada Dojo-Kun).
g. Pimpinan
latihan membalik menghadap ke barisan para murid, dan pimpinan upacara
mengaba-aba penghormatan kepada pimpinan latihan, tergantung status
keinstrukturan pimpinan latihan, misalnya: SHIHAN NI REI atau SENSEI NI
REI.
h. Setiap
melakukan penghormatan kepada seseorang di dojo, harus mengucapkan
ONENGA ISHIMASU. Tingkatan yang lebih tinggi selalu harus membalas
penghormatan “KOHAI”nya.
i. Kalau
yang hadir dalam “GISHIKI” (upacara) lebih dari satu Shihan, maka
penghormatan awal pada Shihan yang tertinggi dan tersenior dengan
aba-aba “RO-SHIHAN” (Shihan yang lebih senior) dan pada Shihan lain
dengan aba-aba “WAKA-SHIHAN” (Shihan yang lebih yunior). Demikian juga
kalau yang memimpin lebih dari sati Sensei, maka pada Sensei yang paling
senior disebut “RO-SENSEI” dan Sensei yang lain disebut “WAKA-SENSEI”.
j. Ketika
sedang latihan di dojo, dilarang berkelakar atau bercakap-cakap,
kecuali di saat diberi kesempatan oleh instruktur untuk bertanya atau
disaat ditanyai sesuatu oleh instruktur.
k. Ketika
instruktur menyampaikan sesuatu, dengarkan baik-baik dan tenang. Jangan
lupa untuk menunjukkan bahwa Anda mendengar dan memahami apa yang
dikemukakannya.
l. Setiap
murid seharusnya mengetahui mengetahui kondisi fisiknya, staminanya dan
kekuatan fisiknya dengan baik. Jangan memaksa diri Anda melakukan
sesuatu yang tidak mungkin.
m. Instruktur
harus selalu mengamati kondisi fisik dari para murid. Dalam setiap
pergantian session latihan, instruktur sebaiknya memberi waktu istirahat
sejenak kepada para murid, waktu istirahat tergantung kondisi konkret
para murid.
n. Setiap
instruktur harus mengoptimalkan langkah-langkah dan segala upaya dan
peringatan selama latihan berlangsung untuk menjamin keselamatan para
murid dari kemungkinan cedera atau kecelakaan.
o. Lima menit sebelum latihan berakhir, lakukan JUNBI UNDO untuk pelemasan.
p. Sebelum upacara penutupan latihan, instruktur harus memberikan kesempatan bertanya kepada para murid.